Tuesday, March 1, 2016

BUDIDAYA IKAN MENGGUNAKAN KERAMBA JARING APUNG (KJA)

Salah satu cara budidaya pembesaran ikan nila yang efisien adalah dengan menggunakan sistem keramba jaring apung, model sistem budidaya ini telah terbukti lebih efisien, baik efisien scara teknis maupun ekonomis.
Pada luasan yang sempit kita dapat melipatgandakan hasil panen ikan nila tanpa harus menambah biaya yang besar, pola yang di gunakan adalah mengintensifkan pola budidaya nya, memang ahirnya akan berdampak pada biaya tinggi namun bisa didapatkan keuntungan yang lebih tinggi pula.


BAHAN-BAHAN

1.
Pelampung: bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, jumlah pelampung minimal 8 buah/jaring;
2. Tali jangkar: bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5 utas/jaring, diameter                0.75 inci;

3. Jangkar: bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah, jumlah 5 buah/jaring;
4. Jaring: bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran jaring (7x7x2,5 m3).

5. Luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10% dari luas potensi perairan atau 1% dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal 10% dari luas areal peruntukan pemasangan jaring.

Sebagai upaya sterilisasi, sebelum ditebar, benih direndam dalam larutan Kalium Pemanganat konsentrasi 4 – 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Adaptasi suhu dilakukan agar suhu dilakukan agar suhu pada kemasan ikan sama suhu di KJA dengan cara merendam wadah kemasan benih ke KJA selama 1 (satu) jam. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar ikan tidak mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, berat 30 – 50 gram dengan padat tebar 50 – 70 ekor/m3. Pakan digunakan untuk pembesaran ikan nila adalah lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air (termometer, sechsi disk,kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember, alat panen, dll), dan sampan.

Lama pemeliharaan adalah 4 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup/Survival Rate 9SR0 80%. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% dari bobot total ikan. Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan (FCR) 1,3. Panen dapat dilakukan berdasarkan permintaan pasar, namun umumnya ukuran panen pada kisaran 500 gram/ekor.
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian ikan. Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar antara lain:
1. Pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C;
2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari;
3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

0 komentar:

Post a Comment